Efek Rumah Kaca Ungkap Pentingnya Musisi Indonesia Bersatu Suarakan Isu Krisis Iklim Lewat Musik, Berbuah Album sonic/panic Vol. 2

Efek Rumah Kaca Ungkap Pentingnya Musisi Indonesia Bersatu Suarakan Isu Krisis Iklim Lewat Musik, Berbuah Album sonic/panic Vol. 2

Setelah meluncurkan album kompilasi sonic/panic tahun lalu dengan melibatkan 13 musisi lintas genre, IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts, and Music Lab) kembali berinisiatif menghadirkan album sonic/panic Vol. 2.

Dalam album kompilasi ini, mereka menggabungkan suara 15 musisi dari berbagai wilayah Indonesia, yang bersama-sama menyuarakan urgensi krisis iklim serta mengajak para pendengarnya untuk beraksi demi menjaga bumi.

IKLIM sempat menggelar konferensi pers di Biji World, Ubud, Bali, pada Sabtu (9/11/2024) yang dihadiri oleh I Gede Robi Supriyanto (vokalis Navicula dan inisiator IKLIM), deretan musisi dan seniman mulai dari Cholil Mahmud (Efek Rumah Kaca), Bob Gloriaus (LAS!), Cabrini Asteriska, hingga Maghfiro Izzani Mauliana Ikwan, serta I Dewa Gde Pariyatna (Camat Ubud).

Cholil Mahmud, personel dari Efek Rumah Kaca, menekankan pentingnya lokakarya yang diadakan oleh IKLIM pada bulan Juli 2024 lalu sebagai bagian dari proses album ini.

“Sebelum mengerjakan album, kami mengikuti workshop pendalaman materi. Ini yang membedakan sonic/panic Vol.2 dari kompilasi-kompilasi serupa yang pernah kami ikuti sebelumnya,” jelas Cholil dalam keterangan tertulis yang kami terima belum lama ini.

“Workshop ini memberikan kesempatan bagi musisi yang belum terlalu memahami isu tapi sudah sadar pentingnya untuk belajar lebih dalam, dan bagi mereka yang sudah paham, untuk memperbarui informasi serta memperkuat pemahaman mereka,” sambungnya.

Kekuatan Musik sebagai Medium Perubahan

Bagi musisi yang terlibat, sonic/panic Vol. 2 bukan sekadar proses berkarya, namun juga sebuah perjalanan memahami dampak nyata perubahan iklim. Salah satunya adalah Bob Gloriaus, vokalis LAS!, band rock alternatif asal Pontianak.

Bob berbagi pengalaman menyentuh tentang perjalanannya ke daerah terpencil di Kalimantan Barat bersama Trend Asia, salah satu mitra pendukung IKLIM Fest. Di sana, ia menyaksikan langsung dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan tambang terhadap lingkungan setempat.

“Kami menyaksikan bagaimana hutan adat yang menjadi sumber kehidupan masyarakat tradisional hancur karena proyek energi yang seharusnya ramah lingkungan. Ini memberi kami refleksi mendalam dan menginspirasi lagu yang kami ciptakan untuk album ini,” ujarnya.

Memupuk Rasa Tanggung Jawab Secara Bersama-sama

Selain musisi, IKLIM juga melibatkan seniman dalam menyuarakan harapan dan keresahan terhadap krisis iklim. Hasil karya mereka dipamerkan dalam pameran Titik Kritis di Biji World, Ubud.

Salah satu karya, dari Maghfiro Izzani Mauliana Ikwan, mengeksplorasi ketahanan pangan, mengangkat isu perubahan lahan kebun menjadi pabrik dan ironi di balik kebijakan impor beras yang dipengaruhi perubahan iklim.

Saat ditanya tentang kemungkinan IKLIM Fest diselenggarakan di lokasi lain, Asteriska menegaskan bahwa acara ini bisa dilakukan di mana saja, dengan syarat adanya dukungan dari penyelenggara acara yang dapat mewujudkan festival ramah lingkungan.

Camat Ubud, I Dewa Gde Pariyatna, menyampaikan apresiasi atas digelarnya IKLIM Fest dan menegaskan bahwa isu iklim harus terus diangkat, sehingga rekomendasi kebijakan dapat disusun.

Bukan Lagi Sekadar Isu Global

Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu rata-rata di Indonesia meningkat sebesar 0,03°C per tahun dalam beberapa dekade terakhir, yang mengakibatkan dampak serius bagi ekosistem dan masyarakat.

Melalui sonic/panic Vol. 2, IKLIM menggunakan musik sebagai medium untuk menggerakkan kesadaran terhadap krisis iklim, mengajak masyarakat untuk bertindak, dan mengedukasi industri musik untuk mengadopsi praktik ramah lingkungan.

Para musisi yang terlibat yakin bahwa musik memiliki kekuatan untuk menjangkau berbagai kalangan dan memotivasi aksi nyata dalam memerangi krisis iklim.

Menghadirkan 15 Lagu dari Musisi yang Peduli terhadap Isu Perubahan Iklim

Mereka adalah Efek Rumah Kaca, Petra Sihombing, Voice of Baceprot, Asteriska, Matter Mos, Bsar, Daniel Rumbekwan, Bachoxs, Down For Life, Jangar, LAS!, Poker Mustache, Rhosy Snap, The Vondallz, dan Wake Up Iris!.

Semuanya berasal dari berbagai kota seperti Jakarta, Makassar, Pontianak, Madiun, Malang, Bandung, Solo, Fakfak, hingga Denpasar. Para musisi ini turut serta dalam gerakan lingkungan yang lebih besar.

Album sonic/panic Vol. 2 kini dapat dinikmati di berbagai platform streaming digital. Sebagai bagian dari peluncuran, IKLIM mengajak publik untuk ikut serta untuk mewujudkan praktik industri musik yang lebih ramah lingkungan dan mengadopsi langkah-langkah praktis untuk keberlanjutan bumi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam upaya mengimbangi jejak karbon (carbon offsetting) dari acara ini sekaligus meningkatkan kontribusi terhadap pelestarian lingkungan, IKLIM Fest juga membagikan bibit pohon kepada para penonton. Bibit ini diharapkan dapat ditanam di rumah masing-masing sebagai bentuk partisipasi aktif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *